Lahirnya Tiga Vokasi: Jejak Asa di SMAN 2 Komodo
Nggorang, SMANDUKOM.COM –Sejak 2022, sebuah langkah inovatif lahir di SMAN 2 Komodo. Tiga program vokasi; Hortikultura, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan English for Tourism ditanam, disiram dan dirawat dengan dedikasi, dan kini berbuah harapan bagi masa depan anak-anak negeri ini.
Program-program ini tidak muncul tanpa sebab. Keberadaannya lahir dari kebutuhan nyata peserta didik dan masyarakat sekitar, yang hidup berdampingan dengan kekayaan alam, potensi pariwisata, dan tantangan era digital.
Kepala sekolah, guru, dan para pemangku kepentingan melihat bahwa pendidikan tidak hanya soal teori, tetapi juga soal keterampilan praktis yang mampu membawa perubahan.
“SMAN 2 Komodo merupakan Rumah Peradaban dan Rahim Kehidupan. Oleh sebab itu, lembaga ini akan terus bergerak pada perubahan-perubahan yang positif bagi peradaban manusia” ungkap Kornelis Joni, S.Fil, selaku Kepala Sekolah.
Hortikultura dipilih sebagai vokasi unggulan. Program ini dirancang untuk mengajarkan siswa bagaimana bercocok tanam, merawat tanaman, dan memahami ekosistem. Tidak hanya berorientasi pada hasil panen, hortikultura di SMAN 2 Komodo mengajarkan kearifan lokal dan cinta terhadap lingkungan.
Di sisi lain, dunia semakin tergantung pada teknologi. Untuk menjawab kebutuhan ini, lahirlah program TIK. Di dalamnya, siswa diajarkan dasar-dasar teknologi, seperti pengolahan data, desain grafis, hingga pemrograman sederhana. Program ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan digital di wilayah terpencil dan membuka akses peluang yang lebih luas bagi generasi muda.
Sementara itu, Manggarai Barat dengan pesona alam dan keajaiban Pulau Komodo, adalah salah satu destinasi wisata dunia. Oleh karena itu, program English for Tourism menjadi keharusan. Siswa dilatih untuk menguasai bahasa Inggris sebagai alat komunikasi global, sekaligus mempelajari dasar-dasar pariwisata.
Kini, SMAN 2 Komodo bukan hanya tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi dan pemberdayaan. Program vokasi ini adalah wujud nyata dari komitmen sekolah untuk melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga terampil, berdaya, dan siap menjawab tantangan dunia.
Sebuah Proses yang Berbuah Manis
“Hasil yang baik bukanlah hadiah keberuntungan semata, melainkan buah dari perjalanan panjang yang dilalui dengan tekad dan keyakinan”. Pepatah ini mengingatkan bahwa segala jerih payah yang dilakukan dengan tulus tidak akan pernah sia-sia, meski hasilnya mungkin tidak datang secepat yang diharapkan.
Hari ini peserta didik dan guru SMAN 2 Komodo membuktikannya. Mereka melaksanakan program sosialisasi inovasi pupuk organik KAMBIUN (Kaya Manfaat, Berkualitas dan Untung) di tiga desa, yakni Desa Sano Nggoang, Desa Golo Kempo, dan Desa Golo Manting. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan yang dikembangkan oleh siswa dan guru sekolah tersebut guna mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah setempat, Rabu, (13/11/2024).
Acara sosialisasi di setiap desa dihadiri oleh puluhan petani lokal, perangkat desa, dan kelompok tani. Para siswa mempresentasikan proses pembuatan pupuk KAMBIUN secara sederhana, mulai dari pengumpulan bahan, fermentasi, hingga cara aplikasi pada lahan pertanian. Demonstrasi langsung juga dilakukan agar warga dapat memahami penerapan pupuk ini.
“Selama ini, kami hanya menggunakan pupuk kimia. Tetapi setelah melihat penjelasan tadi, saya tertarik mencoba pupuk KAMBIUN karena lebih hemat biaya dan ramah lingkungan,” kata seorang petani dari Desa Sano Nggoang.
Sementara itu Kepala Desa Golo Kempo, Abdul Malik, ketika dimintai keterangan, sangat mendukung sekolah terkait kegiatan ini. Beliau berharap kolaborasi antara sekolah dan masyarakat terus berlanjut.
“Ini adalah inovasi luar biasa dari generasi muda kita. Kami berharap pupuk KAMBIUN dapat menjadi solusi bagi petani di desa kami yang sering menghadapi kendala biaya pupuk dan penggunaan pupuk kimia,” ujarnya.
Sosialisasi ini menjadi langkah awal SMA Negeri 2 Komodo untuk mengintegrasikan hasil inovasi pendidikan ke dalam masyarakat. Ke depannya, pihak sekolah merencanakan pelatihan lanjutan serta kemungkinan untuk membentuk kelompok kerja petani untuk memproduksi pupuk KAMBIUN secara mandiri.
Yasinta Jelita, guru sekaligus pendamping peserta didik dalam sosialisai menjelaskan bahwa pupuk KAMBIUN merupakan hasil penelitian siswa dalam memanfaatkan limbah organik lokal, seperti dedaunan, sisa makanan, dan kotoran ternak.
“Pupuk ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas tanah dan hasil panen petani. Kami berharap inovasi ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ungkapnya dalam acara pembukaan sosialisasi di Desa Golo Manting.